Sebuah
perjalanan Seribu Sembilan Puluh Lima hari.
Pernikahan
hari…..1095…..(dengan penulisan angka seperti mesin casino).*tring..*tring…
Teringat
sitkom “tetangga masa begitu” dimana Angel dan Adi (AA) termasuk pasangan
senior dan sudah lama married
bersanding dengan si tetangga Bintang dan Bastian (BB) yang masih junior dalam
perkawinannya bila dibanding dengan Angel dan Adi.
Suatu
waktu saya pernah membahas denganmu. Karakter dalam sitkom itu sangat unik,
kata saya. Angel sebagai malaikat penegak hukum karena profesinya sebagai
pengacara yang karakternya kuat dan logis harus hidup serumah dengan pasangan
hidup yang karakternya berbeda sekali yaitu Adi si Pelukis melankolis.Bintang
dengan karakter pintar yang berpijar harus berdampingan dengan Bastian yang
kekanak-kanakan dan pintar dengan level biasa.
Sepertinya
sang penulis skenario ingin mengungkap sesuatu yang tersirat bahwa dalam
kehidupan keluarga, satu sama lain untuk saling melengkapi. Jika melihat
kebelakang. Kehidupan kita juga seperti itu. Kita termasuk pasangan yang kadang
kala harus menahan satu sama lain. Hidup dan tuntutan kerja yang keras membuat
saya untuk melakukan segala sesuatunya dengan segera. Bisa dikerjakan sekarang,
jangan menunda. Sedangkan dia termasuk yang santai dan bisa dibilang jika
terpaksa sekali baru dijalankan. “pola hidup berubah, karena mungkin makin tua,
kehidupan saya menjadi lambat. ketika saya seusiamu, saya juga demikian”katanya
pada saya.
Saya ingin berterima kasih kepadamu, sudah menjadi tangan lain
yang selalu dapat menggenggam tangan ini ketika dalam kecemasan,ketakutan. Sudah
menjadi sharing partner dalam diskusi-diskusi kita, naik turunnya suara, naik
turunnya mood kita dan kadangkala ketidaksiapan untuk mendengar pendapat satu
sama lainnya.diwaktu lain kita saling menjahili, membuat kemah bersama bersama
ken, dan berimajinasi ketika kita berada dalam kemah sesungguhnya, harus saling
merapat didalam tenda ketika hujan besar dan berpelukan bertiga. Kita lalu tertawa.
Kadangkala
dalam diam, semua terjawab. Tanpa perlu dipertanyakan, penjelasan tidak
diperlukan lagi baginya. Hanya mengikuti proses. Proses ini masih panjang untuk
kita, ada milyaran menit dan triliyunan detik akan terus kita lewati bersama,
melihat anak kita tumbuh besar dan meninggalkan rumah ini bersama keluarga
barunya.
Kita
akan tetap bersama. Kau asik membaca Koran dengan kacamata yang turun, saya
asik menyiram bunga-bunga dihalaman rumah dengan pikun yang mendera dan rambut
yang memutih.
Pernah
saya melontarkan cerita kepadamu, ketika seorang professor meminta muridnya
untuk menuliskan sepuluh nama orang yang dicintai, Ia menuliskan tanpa kendala.
Ada orang tua, mertua, istri, anak, kerabat, sahabat dalam listnya. Professor itu
meminta tiga nama dihilangkan dan dipertahankan ketujuh nama yang tersisa,
muridnya mengikuti. Kemudian professor itu meminta untuk mencoret empat nama
lagi, dan sisakan tiga nama, dia mulai berpikir keras untuk mencoret nama-nama
lainnya, ia mempertahankan nama orang tua, istri dan anaknya. Sang murid lalu
berpikir bahwa sang professor tidak akan memintanya untuk menghilangkan list
nama dalam kertasnya yang tersisa tiga. Namun tak disangka, sang professor memintanya
untuk menghilangkan dua nama dari ketiga nama yang tersisa. Dengan berat dan
berpikir keras ia menuruti permintaan sang professor untuk mencoret dua nama
lagi dalam listnya. Ketika finalnya sang professor bertanya kepada muridnya
siapa nama yang masih kamu pertahankan dalam listnya dan siapa dia, si murid
berkata yang tersisa adalah nama perempuan yang tak lain adalah istrinya. Dengan
bijak sang murid menjelaskan bahwa orang tua kita karena semakin tua, tanpa
bisa kita pertahankan tetap akan berpisah juga dengan kita, dia yang akan ada
selalu bersama saya dalam tangis ketika orangtua saya telah tiada. Sang anak
juga ketika besar, dia akan memiliki keluarga baru, dia juga akan meninggalkan
kita. Dia akan ada disamping saya hingga kita sama-sama tua dan takdir membuat
kita berpisah.
Selamat
hari seribu sembilan puluh lima , angka-angka itu akan terus merambat naik. Selamat
untuk menjadi kita, bukan saya, bukan kamu. Selamat buat tawa, canda, sedih dan
air mata serta sekian banyak lagi skenario yang nanti akan kita jalani bersama dariNya.