Selasa, 02 Desember 2014

Sebuah Perjalanan Seribu Sembilan Puluh Lima hari.



Sebuah perjalanan Seribu Sembilan Puluh Lima hari.

Pernikahan hari…..1095…..(dengan penulisan angka seperti mesin casino).*tring..*tring…
Teringat sitkom “tetangga masa begitu” dimana Angel dan Adi (AA) termasuk pasangan senior dan sudah lama married bersanding dengan si tetangga Bintang dan Bastian (BB) yang masih junior dalam perkawinannya bila dibanding dengan Angel dan Adi. 

Suatu waktu saya pernah membahas denganmu. Karakter dalam sitkom itu sangat unik, kata saya. Angel sebagai malaikat penegak hukum karena profesinya sebagai pengacara yang karakternya kuat dan logis harus hidup serumah dengan pasangan hidup yang karakternya berbeda sekali yaitu Adi si Pelukis melankolis.Bintang dengan karakter pintar yang berpijar harus berdampingan dengan Bastian yang kekanak-kanakan dan pintar dengan level biasa. 

Sepertinya sang penulis skenario ingin mengungkap sesuatu yang tersirat bahwa dalam kehidupan keluarga, satu sama lain untuk saling melengkapi. Jika melihat kebelakang. Kehidupan kita juga seperti itu. Kita termasuk pasangan yang kadang kala harus menahan satu sama lain. Hidup dan tuntutan kerja yang keras membuat saya untuk melakukan segala sesuatunya dengan segera. Bisa dikerjakan sekarang, jangan menunda. Sedangkan dia termasuk yang santai dan bisa dibilang jika terpaksa sekali baru dijalankan. “pola hidup berubah, karena mungkin makin tua, kehidupan saya menjadi lambat. ketika saya seusiamu, saya juga demikian”katanya pada saya.  

Saya  ingin berterima kasih kepadamu, sudah menjadi tangan lain yang selalu dapat menggenggam tangan ini ketika dalam kecemasan,ketakutan. Sudah menjadi sharing partner dalam diskusi-diskusi kita, naik turunnya suara, naik turunnya mood kita dan kadangkala ketidaksiapan untuk mendengar pendapat satu sama lainnya.diwaktu lain kita saling menjahili, membuat kemah bersama bersama ken, dan berimajinasi ketika kita berada dalam kemah sesungguhnya, harus saling merapat didalam tenda ketika hujan besar dan berpelukan bertiga. Kita  lalu tertawa. 

Kadangkala dalam diam, semua terjawab. Tanpa perlu dipertanyakan, penjelasan tidak diperlukan lagi baginya. Hanya mengikuti proses. Proses ini masih panjang untuk kita, ada milyaran menit dan triliyunan detik akan terus kita lewati bersama, melihat anak kita tumbuh besar dan meninggalkan rumah ini bersama keluarga barunya.
Kita akan tetap bersama. Kau asik membaca Koran dengan kacamata yang turun, saya asik menyiram bunga-bunga dihalaman rumah dengan pikun yang mendera dan rambut yang memutih.  

Pernah saya melontarkan cerita kepadamu, ketika seorang professor meminta muridnya untuk menuliskan sepuluh nama orang yang dicintai, Ia menuliskan tanpa kendala. Ada orang tua, mertua, istri, anak, kerabat, sahabat dalam listnya. Professor itu meminta tiga nama dihilangkan dan dipertahankan ketujuh nama yang tersisa, muridnya mengikuti. Kemudian professor itu meminta untuk mencoret empat nama lagi, dan sisakan tiga nama, dia mulai berpikir keras untuk mencoret nama-nama lainnya, ia mempertahankan nama orang tua, istri dan anaknya. Sang murid lalu berpikir bahwa sang professor tidak akan memintanya untuk menghilangkan list nama dalam kertasnya yang tersisa tiga. Namun tak disangka, sang professor memintanya untuk menghilangkan dua nama dari ketiga nama yang tersisa. Dengan berat dan berpikir keras ia menuruti permintaan sang professor untuk mencoret dua nama lagi dalam listnya. Ketika finalnya sang professor bertanya kepada muridnya siapa nama yang masih kamu pertahankan dalam listnya dan siapa dia, si murid berkata yang tersisa adalah nama perempuan yang tak lain adalah istrinya. Dengan bijak sang murid menjelaskan bahwa orang tua kita karena semakin tua, tanpa bisa kita pertahankan tetap akan berpisah juga dengan kita, dia yang akan ada selalu bersama saya dalam tangis ketika orangtua saya telah tiada. Sang anak juga ketika besar, dia akan memiliki keluarga baru, dia juga akan meninggalkan kita. Dia akan ada disamping saya hingga kita sama-sama tua dan takdir membuat kita berpisah.

Selamat hari seribu sembilan puluh lima , angka-angka itu akan terus merambat naik. Selamat untuk menjadi kita, bukan saya, bukan kamu. Selamat buat tawa, canda, sedih dan air mata serta sekian banyak lagi skenario yang nanti akan kita jalani bersama dariNya.

Terima kasih Pa…