Kamis, 25 Maret 2010

memoar genggaman tangan


malam sebelumnya.......
Dia telp saya namun ternyata kelelahan tidak dapat di tolerir lagi,kelelahan ini membuat saya tertidur cepat meski waktu menunjukkan antara pukul 21.00 wib - 22.00 wib waktu jakarta.

pagi-pagi tanda misscall di handphone saya baru saya lihat.waktu itupun membuat saya harus segera mandi dan bergegas pergi ke kantor, 30 menit adalah waktu yang saya punya pagi itu.

Setiba di kantor dering handphone saya pun berbunyi, ah ternyata orang yang sama seperti yang saya lihat tadi pagi di misscall handphone saya.
" hai beth..... i miss you miss beth, karena kemarin belum sempet ngobrol, hari ini aku ngerasa kangen banget sama kamu" hehehehe...saya senyum-senyum sendiri, jadi teringat telp sebelumnya dari dia.
" hai beth...i miss you" katanya....
"hmmm....sepertinya salah sambung, saya bukan miss you...tapi miss beth" kata saya kala itu.
dan kali ini dia cerdas mengulang pernyataan yang sama dengan penggabungan kata dari penyanggahan saya.

Dia-lah teman saya berbagi selama ini, selama lima tahun belakangan ini.
selintas kemudian, ingatan saya mundur pada beberapa tahun sebelumnya,
entah lah saya harus memulai dari mana untuk menceritakan semua ini,
lima tahun yang lalu pada genggaman tanganlah semua ini bermula.
Pada cerita-cerita klasik di tepi pantai itulah kita berbagi hingga membuat kita tertawa terbahak-bahak, meringgis, kemudian menangis.
Pada mata terpejamlah kita saling merasakan mata batin, tidak melulu mata dunia yang selama ini kita jadikan sandaran hati manusia seperti kita.

Itulah awal dari hubungan ini,sebuah genggaman tangan. ya....sebuah genggaman tangan.
Ketika engkau merasa bahwa dunia dan waktu seakan berjalan sendiri meninggalkan engkau,ingatlah satu dari sekian banyak sahabat engkau akan datang menghampiri engkau, mengajak engkau bicara dan bercerita, dan efek yang terjadi adalah engkau akan terbahak-bahak tertawa lepas, atau meringgis, menangis atau bisa saja dalam hitungan beberapa sekon waktu, itu terjadi secara bersamaan.
sahabat itu akan menggengam anda dan berkata, "ingatlah bawa engkau tidak sendiri di sini"

Engkau merasa bahwa engkau harus menerima apa yang tidak sepantasnya kau terima, pertama kali, terimalah itu dulu karena ketika penerimaan pada diri sendirilah membuat hidup menjadi seimbang dalam harmonisasi. menerima rasa sakit dari penyakit ginjal telah dilakukan oleh ibu saya. Ibu saya tahu bahwa penyakit ini tidak akan membuatnya sembuh total meskipun dengan cuci darah sekalipun, penerimaan dirilah kuncinya, pada malam terakhir sebelum ibu saya berpulang, saya menggengam tangannya yang semakin saya rasakan semakin mengecil,
saya berkata " ma, apa yang seharusnya terjadi, biarkan terjadi ya...."
dan mama saya hanya tersenyum, senyum terakhir yang teramat manis masih saya simpan dalam memori kenangan bersama itu.

Terima kasih buat genggaman tangan kalian yang telah memangku sebagian tangan saya dalam ketimpangan perjalanan ini, untuk terus merefleksi hidup ini dengan lebih bijak, lebih seimbang dalam harmonisasi jiwa.

Beth