Selasa, 22 Desember 2009

Bermimpilah, kejarlah mimpimu !!!!


" Nasib tidak mendahului kita”,
“Mimpi adalah kunci untuk menaklukkan dunia”,
“Kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu”,
“Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati.”
“ Berlarilah terus mengejar mimpimu, arai adalah orang yang terus meminta
saya berlari mengejar mimpi saya”


Beberapa kutipan diatas terus menerus bermain dalam pikiran saya, kutipan dari film “ Sang Pemimpi” yang diadopsi dari novel dengan judul yang sama.

Sebelum saya bercerita lebih banyak tentang makna dari beberapa kalimat yang saya kutip tersebut, izinkan saya menceritakan awal mula dari kejadian yang melatarbelakangi saya untuk mengambil kutipan tersebut dalam penulisan saya kali ini.

Pertama, saya harus berterima kasih kepadi Firman, teman saya yang telah memenuhi harapan saya untuk menonton. Dari sebuah janji akhirnya menjadi kenyataan.itulah firman, dia selalu menepati janji pada apapun yang telah dikatakan.Firman berjanji setelah dia mendapatkan bonus (yang pertama dan terakhir) dari ex perusahaan tempat dia bekerja, dia akan mentraktir saya untuk menonton.

Hari yang dinanti akhirnya tiba, kabar baik datang dari firman, bonus telah berpindah ke rekeningnya. Maka kami putuskan malam ini untuk segera bergegas pergi menonton di bioskop.
Tadinya kita sepakat akan menonton ninja asassin, namun kenyataan berkata lain, film yang akan kita tonton ternyata sudah kadaluarsa, sudah tidak beredar di bioskop. akhirnya saya, firman, koder dan “teman-teman kecil” lainnya; jakir, limey dan rico untuk menonton film lain.
Tugas untuk membeli tiket nonton, kami serahkan pada koder dan rico, sementara saya dan firman yang belum selesai menyantap habis makan malam kami, ditugaskan untuk menunggu Jakir dan Limey yang datang terlambat, merekalah yang kedua saya ucapkan terima kasih karena dari mereka banyak kisah yang sering saya bicarakan dengan koder, sahabat saya dalam berbagi.

Tidak beberapa lama setelah kami hampir menyantap habis makanan kami, Jakir dan Limey pun datang, kami ngobrol sebentar dan kemudian telepon masuk dari rico mengabarkan bahwa kami diminta segera ke bioskop karena film akan segera dimulai.

Rico rupanya sedikit kesal, karena film yang diharapkannya Avatar tidak jadi ditontonnya.rupanya saya tahu mereka ingin memenuhi harapan saya lainnya yaitu alternatif setelah film ninja asassin tidak dapat kami tonton, makan sang pemimpilah jawab dari semua ini. Terima kasih kawan, sekali lagi sudah memenuhi mimpi dan harapan saya.

Yang ketiga, orang yang saya kagumi, seseorang dalam kata-kata, dalam tulisannya, telah berhasil memperkenalkan semangat arai dalam rangkaian proses kehidupan saya, membuat jiwa saya berteriak, membara, meloncat dan akhirnya kembali menjejakkan kaki kebumi untuk kemudian berlari mengejar apapun mimpi – mimpi saya. Sosok Andrea Hirata berhasil menuangkan ilmu, semangat, integritas, keberanian bercita-cita, memberikan inspirasi, dan ajakan untuk tidak menyerah, dalam karyanya, sebuah novel yang ditulisnya dengan judul “sang pemimpi” dan sekarang sekuel versi film nya sedang kami tonton.

Dan uniknya, kadang kita mendapatkan semua itu tanpa kita sadari, kita mendapatkan mimpi kita dengan cara-cara yang tidak pernah kita bayangkan.

“Daratan ini mencuat dari perut bumi laksana tanah yang dilantakkan tenaga dahsyat kataklismik. Menggelegak sebab lahar meluap-luap di bawahnya. Lalu membubung di atasnya, langit terbelah dua. Di satu bagian langit, matahari rendah memantulkan uap lengket yang terjebak ditudungi cendawan gelap gulita, menjerang pesisir sejak pagi. Sedangkan di belahan yang lain, semburan ultraviolet menari-nari di atas permukaan laut yang bisu berlapis minyak, jingga serupa kaca-kaca gereja, mengelilingi dermaga yang menjulur ke laut seperti reign of fire, lingkaran api. Dan di sini, di sudut dermaga ini, dalam sebuah ruangan yang asing, aku terkurung, terperangkap, mati kutu.”

Kutipan kalimat-kalimat di atas adalah paragraf pertama pada mozaik 1 (what a wonderfull world) dalam buku “Sang Pemimpi” yang ditulis oleh Andrea Hirata. Gaya bahasa yang digunakan tak ubahnya seindah buku pertamanya “Laskar Pelangi”; metafor, kritis, deskriptif, dan sarat dengan makna. Andrea melukiskan pandangan yang berbeda tentang nasib, tantangan intelektualitas, dan kegembiraan yang meluap-luap, sekaligus kesedihan yang mengharu biru, rasa humor yang memiliki efek filosofis. Sang pemimpi, sang inspiratif.

perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah tiga orang tokoh utama film ini: Ikal, Arai dan Jimbron akan memberikan daya tarik sehingga penonton dapat melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh pengharapan, agar menolak semua keputusasaan dan ketakberdayaan.

“Kita tak kan pernah mendahului nasib!” teriak Arai. “Kita akan sekolah ke Prancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika! Apa pun yang terjadi!”

Menyaratkan pesan untuk percaya akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, bahkan membuat kita percaya kepada Tuhan.
Arai dan ikal (tokoh sentral dalam laskar pelangi, sekuel pertama sebelum sang pemimpi) masih bertalian darah,malang nasib arai, waktu ia kelas 1 SD, ibunya wafat saat melahirkan adiknya. Arai, baru 6 tahun ketika itu, dan ayahnya, gemetar di samping jasad beku sang ibu yang memeluk erat bayi merah bersimbah darah. Anak-beranak itu meninggal bersamaan. Lalu Arai tinggal berdua dengan ayahnya. Kepedihan belum mau menjauhi Arai. Menginjak kelas 3 SD, ayahnya juga wafat. Arai menjadi yatim piatu, sebatang kara. Ia kemudian dipungut keluarga Ikal.Arai sosok yang spontan, jenaka , optimis, baginya seolah tak ada sesuatupun didunia ini yang membuatnya sedih, gentar dan patah semangat.

“Aku teringat, beberapa hari setelah ayahnya meninggal, dengan menumpang truk kopra, aku dan ayahku menjemput Arai. Sore itu ia sudah menunggu kami di depan tangga gubuknya, berdiri sendirian di tengah belantara ladang tebu yang tak terurus. Anak kecil itu mengapit di ketiaknya karung kecampang berisi beberapa potong pakaian, sajadah, gayung tempurung kelapa, mainan buatannya sendiri, dan bingkai plastik murahan berisi foto hitam putih ayah dan ibunya ketika pengantin baru. Sebatang potlot yang kumal ia selipkan di daun telinganya, penggaris kayu yang sudah patah disisipkan di pinggangnya. Tangan kirinya menggenggam beberapa lembar buku tak bersampul. Celana dan bajunya dari kain belacu lusuh dengan kancing tak lengkap. Itulah seluruh harta bendanya. Sudah berjam-jam ia menunggu kami. Tampak jelas wajah cemasnya menjadi lega ketika melihat kami. Aku membantu membawa buku-bukunya dan kami meninggalkan gubuk berdinding lelak beratap daun itu dengan membiarkan pintu dan jendela-jendelanya terbuka karena dipastikan tak 'kan ada siapa-siapa untuk mengambil apa pun. .... Kami menelusuri jalan setapak menerobos gulma yang lebih tinggi dari kami. Kerasak tumpah ruah merubung jalan itu. Arai menengok ke belakang untuk melihat gubuknya terakhir kali. Ekspresinya datar. Lalu ia berbalik cepat dan melangkah dengan tegap. Anak sekecil itu telah belajar menguatkan dirinya. Ayahku berlinangan air mata. Dipeluknya pundak Arai erat-erat. ... Aku tak dapat mengerti bagaimana anak semuda itu menanggungkan cobaan demikian berat sebagai Simpai Keramat. Arai mendekatiku lalu menghapus air mataku dengan lengan bajunya yang kumal. Tindakan itu membuat air mataku mengalir semakin deras. ... Melihatku pilu, kupikir Arai akan terharu tapi ia malah tersenyum dan pelan-pelan ia merogohkan tangannya ke dalam kacung kecampangnya. ... Ia mengeluarkan sebuah benda mainan yang aneh. Aku melirik benda itu dan aku semakin pedih membayangkan ia membuat mainan itu sendirian, memainkannya juga sendirian di tengah-tengah ladang tebu. ... Aku tersenyum tapi tangisku tak reda karena seperti mekanika gerak balik helikopter purba (mainan) ini, Arai telah memutarbalikkan logika sentimental ini. la justru berusaha menghiburku pada saat aku seharusnya menghiburnya. ... Arai melangkah menuju depan bak truk. la berdiri tegak di sana serupa orang berdiri di hidung haluan kapal. Pelan-pelan ia melapangkan kedua lengannya dan membiarkan angin menerpa wajahnya. Ia tersenyum penuh semangat. Agaknya ia juga bertekad memerdekakan dirinya dari duka mengharu biru yang membelenggunya seumur hidup. Ia telah berdamai dengan kepedihan dan siap menantang nasibnya. Ia menggoyanggoyang tubuhnya bak rajawali di angkasa luas. "Dunia...!! Sambutlah aku...!! Ini aku, Arai, datang untukmu ...!!" Pasti itu maksudnya. Ayahku tersenyum mengepalkan tinjunya kuat kuat dan aku ingin tertawa sekeras- kerasnya, tapi aku juga ingin menangis sekeras-kerasnya.”

Tokoh lainnya dalam film ini yang membuat saya semakin mantap mengejar mimpi-mimpi saya adalah Guru sastra Ikal dan arai di SMA adalah pak Balia.
berikut ini kutipan yang saya ambil dari pak balia;

" What we do in life ..." kata Pak Balia teatrikal, "... echoes in eternity...!! Setiap peristiwa di jagat raya ini adalah potongan-potongan mozaik. Terserak di sana sini, tersebar dalam rentang waktu dan ruang- ruang. Namun, perlahan-lahan ia akan bersatu membentuk sosok seperti montase Antoni Gaudi. Mozaik-mozaik itu akan membangun siapa dirimu dewasa nanti. Lalu apa pun yang kaukerjakan dalam hidup ini, akan bergema dalam keabadian... "Maka berkelanalah di atas muka bumi ini untuk menemukan mozaikmu!"”
"Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Prancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara: Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu,Voltaire. Di sanalah orang belajar science, sastra, dan seni hingga mengubah peradaban...."


makanya tidak heran, bila arai pernah berkata kepada ikal, “ setelah kita tamat dari SMA ini, mungkin kita hanya mendulang timah atau menjadi kuli,tapi di sekolah ini kal, kita tidak akan pernah mendahului nasib kita”

Seorang guru seperti pak balia lah yang terus memompa semangat ikal dan arai dalam mengejar mimpi, seorang guru yang setiap hari meminta anak-anaknya meneriakkan dengan lantang kata-kata yang menggugah semangat untuk mengejar mimpi.
Inilah kutipan-kutipan yang sebagian dibacakan oleh murid – murid pak balia;

"Seluruh kesulitan dalam hidup ini adalah bagian dari suatu tatanan yang sempurna dan sifat yang paling pasti dari sistem tata surya ini." (Pierre Simon de Laplace)

"Tak semua yang dapat dihitung, diperhitungkan, dan tak semua yang diperhitungkan, dapat dihitung!” (Albert Einstein)

"Perempuan adalah makhluk yang plin-plan, maka pertama-tama, buatlah mereka bingung!" (Arai)

"Masa muda, masa yang berapi-api!” (Haji Rhoma Irama)


Sekali lagi saya berterima kasih untuk Firman, Koder, Jakir, Limey dan rico, dan spesial untuk Andrea Hirata yang menghadirkan Arai dan Pak balian dalam proses kehidupan saya. Karena melalui merekalah,dalam kesadaran saya yang tipis dan masih rentan, dalam keadaan yang tidak terduga dan tidak pernah terpikirkan oleh saya, lautan mimpi ini akan semakin nyata, semakin dekat, semakin bergelora, dan membuat saya tidak akan pernah berhenti berlari mengejar mimpi-mimpi saya.

Beth
22.12.2009